Selasa, 26 Maret 2013

Adab-Adab Makan



ADAABUTH-THA'AM



            Makan adalah suatu kegiatan keseharian yang tidak luput dari ajaran Islam.Islam yang kaamil ( sempurna ) juga mengajarkan kita tata cara makan. Sebagai suatu ajaran Islam, kita selaku umat Islam harus mengamalkannya sebagai rasa cinta kita kepada Allah, juga dengan mengikuti sunnah  Rasulullah SAW ( QS 3 : 31-32 ). Banyak sekali suri tauladan dan ajaran Rasulullah yang dapat kita aplikasikan.Salah satunya adalah teladan beliau dalam tata krama makan ( adaabuth-tha'aam ).
           
Hukum  minum  sambil  berdiri

Dari abu na'im dari mis'ar dari Abdul Malik bin Maisarah dari An-Nazzaal berkata : Ali ra pernah masuk pintu serambi ( mesjid Kufah ) kemudian dia minum sambil berdiri, lalu ia berkata :"sesungguhnya orang-orang tidak suka minum sambil berdiri, padahal saya pernah melihat Rasulullah SAW melakukan hal yang serupa dengan yang telah aku kerjakan " ( HR Bukhari )
           
            Diceritakan dari abu na'im dari sufyan dari Ashim Al-ahwal dari Asy-Sya'by dari Ibnu Abbas berkata : " Nabi Sallallahu 'Alaihi Wa Sallam pernah minum air zamzam sambil berdiri."

            Dari Anas bahwa Rasulullah SAW melarang minum sambil berdiri. ( HR Muslim )
            Dari abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah SAW melihat seorang lelaki yang sedang minum sambil berdiri kemudian beliau bersabda:"muntahkanlah!", lelaki tersebut berkata :"kenapa ?" Nabi pun menjawab:" apakah kamu akan senang jika kamu minum dengan seekor kucing?" sahabat tersebut menjawab :"tidak", Nabi bersabda: "sesungguhnya kamu minum bersama dengan mahluk yang lebih jelek dari kucing, yaitu syaitan." ( HR Muslim )

            Jumhuur ulama ( kebanyakan ulama ) menyatakan bahwa minum sambil berdiri itu dibolehkan dengan berdalih dengan hadist Ali r.a yang minum sambil berdiri. Akan tetapi, perlu diketahui juga bahwa ada sebagian ulama yang tidak memperbolehkan minum sambil berdiri dengan berdalih hadist dari anas dan abu hurairah diatas. Ulama sepakat bahwa meninggalkan minum sambil berdiri merupakan sesuatu yang lebih utama. Nah, mulai sekarang jangan lupa untuk minum sambil duduk dan ada juga ulama yang menyebutkan alasan ketidakbolehan minum sambil berdiri karena alasan medis.



Giliran Minum

Dari Isma'il dari Malik dari Ibnu Syihab dari anas bin malik r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW pernah diberi susu yang pernah dicampur dengan ari, disamping kanannya ada orang Arab a'raby dan di samping kirinya ada Abu Bakar. Nabi pun meminumnya,lalu memberikan ke orang a'raby seraya bersabda:"( gilirannya) dari kanan terus kekanan."
( H.R Bukhari )

           Hadist ini menerangkan kepada kita bahwa Rasulullah SAW lebih mendahulukan yang kanan daripada yang kiri dalam segala hal, termasuk dalam giliran minum.

Menyebut asma  Allah ketika Makan dan
Makan dengan Tangan Kanan

Dari Umar bin Abu Salamah berkata :" ketika saya masih kecil dan berada di rumah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, saya pernah makan dengan tangan kesana kemari mengambil makanan dari piring, lalu Rasulullah menegurku :" Wahai anak! Sebutlah asma Allah dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari apa yang terdekat darimu," cara makanku berubah sejak saat itu.( H.R Bukhari )

Sebutlah asma Allah. Sabda Rasulullah ini mengadung arti bahwa membaca Basmalah ketika hendak makan adalah merupakan amalan sunnah agar syaitan tidak ikut menemani prosesi makan. Membaca Bismillah merupakan sunnah kifayah, artinya : jika sudah ada orang yang membaca basmalah  maka sudah mencakup orang lain yang sedang makan bersama juga. Contoh sunnah kifayah lain ketika seseorang sedang bersama-sama, seperti :menjawab salam, atau mendoakan orang yang telah bersin. Jumhuur ulama ( kebanyakan ulama ) justru berpendapat bahwa membaca basmalah termasuk    amalan   sunnah    bagi semua orang   walaupun sedang  makan berjamaah
( bersama-sama).

Imam nawawi berpendapat bahwa bacaan basmalah yang paling pendek adalah bismillah, sedangkan bacaan basmalah yang afdhal ( lebih utama ) adalah bismillaahirrahmaanirraahiim.

Makanlah dengan tangan kanan. Hal ini termasuk sunnah Rasulullah. Diriwayatkan juga bahwa syaitan membiasakan makan dengan tangan kiri. Akankah kita seperti syaitan dalam hal makan ? Bahkan Imam Syafi'I, dalam kitab Al-Um dan Ar-Risalah, menyatakan bahwa membaca basmalah merupakan amalan yang wajib karena adanya ancaman  dari Rasulullah bagi orang yang makan dengan tangan kiri. Hal ini bisa dilihat dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Salamah bin Al-Akwa' tentang hadist yang senada dengan hadist di atas.

"Dari a'isyah r.a berkata " Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: " jika seseorang diantara kamu hendak makan, maka sebutlah asma Allah, jika lupa untuk menyebut asam Allah pada saat hendak makan, maka hendaklah mengucapkan " Bismillaahi awwalahu wa aakhirahu."( HR. Abu Dawud dan Tirmidzi )

           Dari jabir r.a berkata : " saya pernah mendengar dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: " jika seseorang masuk ke rumahnya dengan menyebut asma Allah pada saat masuknya dan pada saat dia hendak makan, maka syaitan akan berkata ( kepada temannya): " tidak ada tempat bagi kalian dan tidak ada jamuan makan bagi kalian."Dan jika seseorang masuk kerumahnya tanpa menyebut asma Allah pada saat masuk, maka syaitan akan berkata :" kalian telah mendapatkan tempat." Dan jika seseorang tidak menyebut asma Allah ketika hendak makan, maka syaitan akan berkata:" kalian telah mendapat jamuan makan." (HR.Muslim)
            Dari Umayyah bin Makhsyiyyi ash-Shahaaby r.a berkata : Rasulullah pernah duduk disamping orang yang sedang makan dan tidak menyebut asma Allah sampai makanannya tinggal satu suapa lagi. Ketika dia hendak mengangkatnya ke mulutnya, dia mengucapkan : "Bismillaahi awwalahu wa aakhirahu,"kemudian Nabi pun tersenyum seraya bersabda:" tadinya syaitan makan bersamanya. Kemudian ketika dia menyebut asma Allah syaitan langsung memuntahkan apa yang diperutnya." ( HR.Abu Dawud dan Nasai)
            Hadist di atas jelas menerangkan bahwa kita dianjurkan membaca basmalah ketika hendak makan. Akan tetapi, jika kita lupa tidak membaca basmalah maka bacaannya adalah " Bismillaahi awwalahu wa aakhirahu."Seketika itu juga, syetan la'natullah'alaih ( semoga Allah melaknatinya) akan memuntahkan makanan yang dia  makan bersama orang yang tidak membaca basmalah.
            Sudah semestinyalah bagi kita umat Islam untuk selalu membaca basmalah ketika hendak melakukan segala amal pekerjaan yang baik, termasuk hendak makan. Akankah kita makan bersama syaitan yang jelas-jelas musuh kita sejak Nabi Adam hingga akhir zaman nanti? Nggak lah yau…
Menjilat Jemari
            Dari Ka'ab bin Malik r.a berkata : " saya melihat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam makan dengan tiga jari. Kemudian ketika selesai, beliau menjilatnya."(HR. Muslim)
            Dari jabir r.a, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan untuk menjilat jemari dan piring seraya bersabda:"sesungguhnya kalian tidak tahu keberkahan ada pada makanan yang mana." (HR.Muslim)
            Hadist diatas menerangkan bahwa makanan yang kita makan mengandung keberkahan dari Allah Subhaanahuu Wa Ta'aala, tetapi kita tidak tahu makanan mana yang mengandung keberkahan itu. Bisa jadi sebulir nasi yang tertinggal di piring itu justru satu-satunya yang mengandung berkah dari Allah. Bisa jadi kuah yang menempel dijemari kita justru malah yang mengandung berkah dari Allah. Wallahu a'lam.
            Sudah semestinya juga kita untuk meniru suri tauladan kita, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, untuk melakukan sesuai hadist diatas.Mafhum muwafaqah ( konklusi positif ) dari hadist diatas adalah bahwa kita juga tidak diperbolehkan menyisakan makanan walau sebulir. Bahkan, makanan yang terjatuh dari piring bila perlu dicuci dan dimakan kalau keadaannya masih layak untuk dimakan.

Makan  seperlunya
            Dari Abu Hurairah r.a, dia berkata :" Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda :" makanlah untuk dua orang itu sebenarnya cukup untuk tiga orang, makanan untuk tiga orang sebenarnya cukup untuk empat orang. (HR.Bukhari)
            Dari Nafi' berkata;"ibnu umar tidak akan mulai akan sampai dia memanggil seseorang miskin untuk diajak makan bersamanya.Pada suatu hari saya membawa seseorang laki-laki untuk  makan bersamanya, kemudian orang tersebut makan terlalu banyak. Umar pun berkata: wahai Nafi' jangan sekali-kali membawa orang seperti itu kepadaku, saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :" orang mukmin makan dengan satu usus sedangkan orang kafir makan dengan tujuh usus. (HR.Bukhari)
            Sifat seorang mukmin akan hilang dan berganti menjadi kafir jika dia makan terlalu banyak. Kenapa? Karena seorang mukmin itu tidak rakus dan tidak terlalu rakus dalam hal makanan, dan makanan dan minumannya selalu mendapat berkah, sehingga ia akan merasa kenyang dengan makan dan minum sedikit. Orang kafir? Ia sangat rakus dan tamak dalam hal makanan sampai Rasulullah pun membandingkannya dengan tujuh usus sebagai gambaran.
            Sifat diatas tidak bisa dipukul rata, karena ada juga orang yang mukmin yang makan banyak karena alasan tertentu seperti karena sakit perut dan yang lainnya. Sedangkan orang kafir akan makan sedikit hanya dengan alasan tertentu, mungkin karena alasan kesehatan dari seorang dokter atau alasan yang datang dari rahibnya. Jelas, bahwa alasan dan sifat orang mukmin dan kafir itu berbeda seratus delapan puluh derajat. Akankah kita seperti mereka?
            Perlu diketahui juga orang mukmin harus tahu bahwa maksud memakan makanan secara syara' adalah untuk menghalau rasa lapar dan untuk memperkuat amalan ibadah disertai rasa takut akan hisab terhadap apa yang dimakan.
            Dari hadist yang diriwayatkan dari Abu umamah:" barangsiapa yang banyak berpikir, maka dia akan menyedikitkan makannya dan barangsiapa yang sedikit berpikit, maka dia akan memperbanyak makannya dan akan keraslah hatinya."
            Dari Ibnu Abbas berkata ;" telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:" sesungguhnya orang yang kenyang di dunia akan menjadi yang lapar diakhirat kelak." (HR.Thabrani)
Bernafas  ketika  minum  serta  meniupnya
            Dari ibnu Abbas r.a, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:" melarang bernafas dalam wadah (minuman) atau meniupnya." (HR.Tirmidzi)
            Hadist ini secara jelas melarang bernafas ketika kita minum air, juga melarang meniupnya. Kenapa? Ada suatu penelitian yang menerangkan bahwa jika ada air panas yang menguap, maka uap air ( H2O) yang keluar akan bereaksi dengan udara pernafasan kita (CO2) sehingga akan menimbulkan Asam karbonat( HCO3¯ ) yang bersifat korosif terhadap paru-paru bila kita hidup.
Tidak Makan sambil Berbaring
          Dari Abu Juhaifah, telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:" sesungguhnya saya tidak pernah makan sambil muttaki ( berbaring )." (HR.Bukhari)
            Muttaki dalam hadist diatas mempunyai dua pengertian, bisa berarti berbaring atau duduk yang lama untuk makan. Ulama ada yang beristimbath bahwa hadist ini menjelaskan pada kita bahwa makan sambil berbaring itu makruh hukumnya, karena hal ini merupakan sifat para pembesar terdahulu seperti raja-raja terdahulu loh…Ibrahim An-Nakha'i berkata bahwa para ulama melarang gaya makan sambil tidur karena ada kemungkinan menyebabkan perut menjadi besar.
Tidak Mencela Makanan
            Dari Abu hurairah r.a, berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah mencela makanan sekali pun , jika beliau menginginkannya beliau pun makan, jika beliau tidak suka beliau pun meninggalkannya." (HR.Bukhari )
            Dalam hadist diatas jelas bahwa Rasulullah tidak pernah mencela makanan, baik yang hasil buatan siapa pun. Beliau tidak pernah berkata:" ah,gak enak, asin .Belum mateng lagi." Atau ucapan-ucapan yang senada.
Maraji'
Al-qasthalaany, Irsyaad Asy-Syaari, Bairut, Libanon
Riyadhus Sholihin

epe

pisang khas makassar